Home » , , » Komodo di Pulau Rinca

Komodo di Pulau Rinca



KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Rinca, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Senin (4/6/2012).

KOMPAS.com - Adakah hubungan pariwisata dengan lembaga pembiayaan? Saat pertanyaan ini ditujukan kepada Presdir PT Adira Finance, Willy Suwandi Dharma, di atas kapal yang sedang melaju menuju Pulau Rinca dan Pulau Komodo di Manggarai Barat, NTT, Kamis (31/5/2012), Willy dengan tegas menjawab, jelas ada! Menurut Willy, sebagai lembaga pembiayaan otomotif dan sepeda motor, PT Adira ikut mempromosikan obyek wisata di Tanah Air termasuk Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. "Jelas ada. Punya mobil jadi lebih mudah," kata Willy dengan wajah cerah.

Alasan Willy sederhana saja. Pemberitaan yang gencar soal keberadaan sebuah obyek wisata dan keindahannya, mau tidak mau akan membuat orang penasaran dan berniat melakukan perjalanan wisata ke daerah tersebut. Semakin banyak wisatawan yang datang mengunjungi tempat wisata tentu membutuhkan alat transportasi, udara, laut dan darat serta memajukan perekonomian daerah setempat.

"Peran kita dimana? Ya di darat. Misalnya, para travel agent butuh kendaraan untuk mengangkut wisatawan. Yang tidak mampu beli cash, bisa lewat lembaga kami, Adira," papar Willy sembari memandang birunya laut saat kapal memecah ombak meninggalkan Pulau Rinca menuju Pulau Komodo.

Sementara Hafid Hadeli, Chief Marketing Officer 4 Wheeler Adira Finance mengatakan kiprah Adira dalam memajukan pariwisata Indonesia adalah dengan meluncurkan Adira Beauty X-Pedition. Ini merupakan program menjelajahi tempat-tempat eksotis di Indonesia selama 80 hari yang dimulai dari Tugu Nol Kilometer di Sabang, Banda Aceh sejak 27 Maret 2012.

Tim berjumlah delapan orang ini sudah melintasi Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan akan berakhir di Papua pertengahan Juli 2012 dengan menempuh perjalanan sekitar 14.000 kilometer. "Di setiap kunjungan mereka di lokasi wisata antara Sabang hingga Papua, tim akan membagikan kisah pengalaman mereka diwww.adirafacesofindonesia.com termasuk tips dan informasi lainnya," papar Hafid.

Dengan demikian, lanjut Hafid, pihaknya ikut serta berkontribusi memajukan pariwisata Indonesia, dimana masyarakat bisa membaca kisah-kisah perjalanan Dori "Sang Penjelajah" dan kawan-kawan mengulas satu demi satu obyek wisata di Indonesia. Selanjutnya para pembaca lah yang menentukan, mana lokasi yang menarik untuk datang atau berwisata bersama keluarga. "Jadi kita mempromosikan mobil dan sekaligus mempromosikan pariwisata di Indonesia," kata Hafid.

Bagi pengelola TN Komodo, promosi yang gencar sangat ampuh untuk menyebarluaskan keindahan dan keunggulan obyek wisata kepada wisatawan, termasuk keberadaan komodo (Varanus komodoensis). Menurut Oman Rahman, Kepala Seksi Wilayah I Pulau Rinca Balai TN Komodo, Visi 2015 TN Komodo adalah menjadikan TN Komodo sebagai tujuan wisata kelas dunia yang mandiri. Kota Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat merupakan pintu gerbang untuk masuk ke TN Komodo.

"Sampai 2011 sudah 41.000 wisatawan mancanegara dan 6.172 wisatawan nusantara datang ke Komodo," katanya.

Oman memaparkan, kawasan TN Komodo memiliki luas 173.000 hektar yang terdiri dari Pulau Komodo (31.159 ha), Pulau Rinca (20.478 ha), Pulau Padar (1.409 ha), Pulau Gilimotang (948 ha), Pulau Nusakode (733 ha), dan pulau-pulau kecil lainnya (273 ha). Berdasarkan data 2010 di Pulau Rinca terdapat 1.336 komodo, 1.288 komodo di Pulau Komodo, 86 komodo di Pulau Nusakode, dan 83 komodo di Pulau Gilimotang

Berkat komodo, menurut Oman, saat ini Kota Labuan Bajo dipenuhi bangunan hotel berbintang. Demikian pula kapal-kapal yang sandar di Labuan Bajo setiap pagi membawa wisatawan ke Pulau Rinca dan Pulau Komodo atau para wisatawan itu menghabiskan waktunya dengan menikmati keindahan bawah laut sekitar Labuan Bajo, seperti di Pulau Bidadari dengan snorkeling atau diving.


Perjalanan menuju Pulau Rinca membutuhkan waktu dua jam dari Labuan Bajo. Dari Pulau Rinca menuju Pulau Komodo butuh dua jam lagi. Benarlah seperti yang dikatakan Oman, bahwa komodo itu ibarat bidadari yang cantik. "Karena begitu cantik, banyak orang yang meminangnya," katanya.

Padahal, biaya terbesar melihat komodo di TN Komodo adalah menyewa kapal dari Labuan Bajo yang tarifnya bervariasi mulai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta per kapal untuk pergi-pulang. Namun, harga yang mahal itu setimpal dengan hasil yang diperoleh wisatawan. Selama perjalanan, wisatawan akan disuguhkan pemandangan laut yang masih alami dan belum tercemar. Saat matahari bersinar terik, laut betul-betul membiru dan sangat kontras dengan pulau-pulau di sekitarnya yang terlihat gersang. Bagi wisatawan yang belum terbiasa menyeberangi lautan, bersiap-siaplah menghadapi arus dan gelombang antara Pulau Rinca dan Pulau Komodo.

Saat kembali dari Pulau Komodo ke Labuan Bajo, wisatawan diajak melewati Pulau Kalong. Saat senja tiba di Pulau Kalong, tataplah langit dan ribuan kalong atau kelelawar berhamburan beterbangan dari Pulau Kalong ke pulau-pulau lain di sekitarnya atau ke Labuan Bajo untuk mencari makanan. Semakin lama menatap langit, malah semakin banyak kalong terlihat saling susul menyusul berseliweran dengan pantulan sinar matahari di senja hari. Sebuah pemandangan yang tak akan terlupakan.

Bersyukurlah Pulau Flores. Sektor pariwisata terbukti menggairahkan kehidupan masyarakat di kota ujung barat Pulau Bunga ini. Warga Labuan Bajo pun sangat antusias membuat suvenir atau makanan khas setempat untuk oleh-oleh wisatawan. Oman mengatakan masyarakat pun senang dengan dampak dari kemajuan pariwisata karena perekonomian di Kota Labuan Bajo semakin menggeliat.

Sebagai primadona pariwisata di Nusa Tenggara Timur, keberadaan TN Komodo wajid dijaga. Apalagi setelah dinobatkan sebagai salah satu dari New 7 Wonders of Nature, TN Komodo ibaratnya seperti gula yang ramai didatangi semut. Itulah faktanya, wisatawan dalam dan luar negeri berbondong-bondong datang ke Labuan Bajo. Bahkan, lanjut Oman, pernah ada kapal pesiar membawa 1.000 sampai 1.500 wisatawan ke Pulau Komodo.

Lantas bagaimana soal makanan untuk komodo? Jawaban Oman, sebelumnya komodo diberikan kambing untuk dimakan. "Tapi sejak tahun 90 tidak diberi daging lagi. Setelah diteliti, tindakan memberikan makanan membuat komodo ini menjadi malas untuk berburu. Keinginan berburu komodo menjadi hilang," katanya.

Oman pun lantas memberikan resep khusus untuk mengunjungi TN Komodo dengan aman tanpa mengganggu keberadaan binatang purba tersebut. "Komodo itu binatang carnivora dan sangat aktif. Mencari makan dari pagi sampai siang. Siangnya istirahat dengan tiduran dibawah pohon atau di bawah rumah panggung. Sore mencari makan lagi," kata Oman.

Tapi, lanjut Oman, meski komodo lagi bermalas-malasan, wisatawan diminta jangan membuat gerakan yang mengagetkan atau tiba-tiba. "Komodo itu bisa beringas dan mampu berlari dengan kecepatan 18 kilometer per jam. Makanya keberadaan ranger sangat penting. Selain memberdayakan warga lokal, para ranger ini juga memandu dan melindungi wisatawan dari serangan komodo yang tiba-tiba," papar Oman.

Itulah komodo, bidadari Nusa Tenggara Timur yang lagi naik daun...

0 comments:

Posting Komentar