Home » , , » Wisata Kuliner Masih Disepelekan

Wisata Kuliner Masih Disepelekan

Kuliner selalu disepelekan sebagai promosi pariwisata maupun produk pariwisata di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Bondan Winarno, seorang pakar kuliner dan pengusaha kuliner. Padahal, lanjutnya, kuliner merupakan produk wisata yang paling siap di Indonesia.

"Saya bisa membuatkan daftar makanan 'maknyus' di Semarang. Tiga hari tiga malam sudah kekenyangan tapi daftarnya belum habis,"€ kata Bondan, pada saat Lokakarya Perspektif Pengembangan dan Promosi Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif dan Even di Via Renata Hotel, Cimacan, Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (16/6/2012).

Ia memberi contoh negara Thailand yang membuat program promosi pariwisata melalui pendekatan kuliner yaitu "Thai Kitchen to The World"€. Dengan program tersebut, restoran-restoran Thailand di berbagai negara di dunia makin banyak bermunculan. Sehingga, walau tak ke Thailand, orang-orang seluruh dunia dapat merasakan masakan Thailand.

"Orang London misalnya, jadi suka makan makanan Thailand. Lalu berpikir musim panas nanti mau liburan ke Thailand, sebab makan di tempat aslinya tentu lebih enak. Akhirnya jadi berdampak ke pariwisata,"€ jelas Bondan.

Bondan juga menuturkan kalau seorang wisatawan yang tukang makan, pastilah mencari tempat makan yang bagus. "Jadi, jangan sepelekan kuliner karena itu tujuan minat orang untuk kuliner," ungkap Bondan.

Bondan menuturkan, tahun lalu di bulan September, situs berita CNNGo.com mengumunkan rendang Pandang sebagai makanan terlezat di dunia. Menurut Bondan, Indonesia diuntungkan karena hal tersebut. Namun, lanjutnya, apa yang telah diperbuat oleh orang Indonesia sehingga layak mendapatkan predikat tersebut?

Nothing (tidak ada). Kita itu untung kok tiba-tiba bisa masuk ke polling CNNGo.com. Kita nggak pernah melakukan promosi pada rendang Padang. Dia itu cuma polling saja. Mereka punya polling baru sekarang,” katanya.

Menurut Bondan, lama-lama bisa jadi rendang sudah tidak dibicarakan lagi alias menghilang begitu saja. Sebab, tambahnya, Indonesia tidak mempromosikannya.



Oleh karena itu, Bondon menilai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah benar dengan melakukan fokus pengembangan wisata kuliner. Kemenparekraf memang tengah mengembangkan wisata minat khusus yang dibagi ke tujuh tematik wisata, salah satunya adalah wisata kuliner.

Sebelumnya, menurut Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenparekraf, Firmansyah, ada dua kriteria kuliner yaitu kuliner heritage (warisan) dan kuliner khas suatu daerah. "Kuliner heritage ini yang dimakan sejak masa raja-raja jaman dulu, tapi menunya tak pernah berubah sampai sekarang,"€ jelas Firmansyah.

Pihaknya tengah memetakan kuliner yang menjadi unggulan masing-masing provinsi. Selain itu, lanjut Firmansyah, perlunya standarisasi masakan Indonesia.

"Perlu juga masakan itu dimodifikasi untuk menjadi sesuai taste di lidah orang asing. Misalnya gimana rendang dibuat supaya tidak terlalu pedas, karena orang luar tidak kuat makan pedas,"€ katanya.

0 comments:

Posting Komentar