Untuk membangun kepariwisataan tentunya tidak dapat dilakukan secara terpisah dan menyendiri. Kebersamaan dan persatuan antara pengelola obyek di banyak tempat tentunya dapat mendorong promosi bersama yang akan mendatangkan hasil yang lebih baik (www.jatengprov.go.id)
Selama ini kelemahan utama pariwisata di tanah air adalah tiadanya keterpaduan dan koordinasi pengelolaan obyek wisata. Pengelola obyek wisata lebih suka bekerja sendirian. Masing-masing obyek wisata merasa lebih unggul dan lebih penting daripada yang lain, hasilnya bukan keuntungan yang diperoleh, tetapi kebuntungan bersama.
Gagasan pekan promosi pariwisata tiga kota, yaitu Yogyakarta, Surakarta dan, Semarang (Joglosemar) sangat relevan untuk mencairkan kebekuan pariwisata di Indonesia. Koalisi tiga kota dan sekitarnya ini merupakan paket wisata yang sangat layak dipromosikan kepada wisatawan mancanegara. Masing-masing memiliki kekhasan, keunikan, dan keindahan tersendiri yang dapat dikemas dalam wisata budaya, alam, dan kuliner.
Yogyakarta dengan obyek wisata budaya Keraton, Candi Prambanan, Candi Ratu, dan Candi Borobudur sudah lama menjadi ikon pariwisata kedua setelah Bali. Kawasan Malioboro , Benteng Vredeburg, dan Museum Sono Bodoyo semakin menambah daya tarik wisata di Yogyakarta. Hal ini masih ditambah dengan pesona alam seperti Pantai Parangtritis, Pantai Samas, Pantai Baron, Pantai Krakal, dan Pantai Kukup.
Surakarta dan sekitarnya merupakan kawasan yang kaya dengan obyek wisata budaya maupun alam. Sebut saja Keraton Surakarta, Museum Radya Pustaka, dan Pasar Tradisional Klewer. Tak jauh dari Surakarta terdapat situs purbakala dunia Museum Sangiran yang terletak di Kalijambe, Kabupaten Sragen. Air terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu, Karanganyar, kawasan pemancingan ikan di Tlatar, sumber mata air di Pengging, (Kabupaten Boyolali), Pemancingan Ikan di Janti, Rawa Jombor, dan sumber mata air Cokrotulung di Kabupaten Klaten merupakan wisata alam yang layak jual.
Semarang yang pernah disinggahi Kapal Laksamana Cheng Ho dapat menjadikan peninggalannya sebagai ikon utama pariwisata di Semarang. Kawasan kota lama, Warung Semawis, PRPP dan Taman Maero Koco juga merupakan aset wisata yang cukup bernilai.
Wisata alam Bandungan, Rawa Pening, di Kabupaten Semarang, dan Kopeng di Salatiga. Air terjun Curug Sewu yang merupakan gugusan Gunung Slamet di Kendal dapat menambah daftar kunjungan wisatawan asing selama di Semarang. Begitupun dengan Klenteng Welahan di Jepara.
Trio wisata Joglo Semar : Yogyakarta, Solo, dan Semarang bisa menjadi program wisata bersama antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dukungan para pelaku wisata di kedua provinsi ini mutlak diperlukan guna kesuksesan program wisata ini.
Pariwisata perlu dibangun dengan mengedepankan visi kepercayaan diri yang kuat, jangan sampai terkena virus rendah diri. Singapura, negara yang tidak memiliki sumber daya alam pariwisata sebaik Indonesia saja, ternyata mampu menarik kunjungan wisata mancanegara lebih banyak daripada Indonesia. Kunci kesuksesan Singapura adalah rasa percaya diri yang kuat, diikuti dengan profesionalitas pengelolaan dan promosi pariwisata yang gencar.
Selain itu, pencitraan positif suatu obyek wisata merupakan masalah yang tak dapat ditinggalkan. Seindah apapun obyek wisata yang ada jika tidak mampu mencitrakan dirinya dengan baik tidak akan mampu menarik wisatawan. Sebaliknya, pencitraan diri yang bagus dan menarik akan mampu mengangkat citra obyek wisata yang semula biasa-biasa saja menjadi luar biasa.
Obyek pariwisata lokal di tanah air jika dicitrakan secara nasional bahkan internasional tentu akan mampu mendobrak stagnasi dunia pariwisata kita. Selama ini Yogyakarta hanya diidentikkan dengan Kraton, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Malioboro. Padahal ada banyak obyek wisata lokal di Yogyakarta semacam Goa Selarong yang dapat diangkat derajatnya untuk menarik wisatawan asing.
Begitu pun dengan Solo selalu diidentikkan dengan kraton saja, padahal tak jauh dari Solo ada banyak wisata alam yang menarik semacam Tawangmangu, mata air Cokrotulung, dan mata air Pengging. Semarang, demikian pula. Jangan hanya diidentikkan dengan Klenteng Gedung Batu saja, namun juga harus mampu mengangkat obyek wisata lokal di sekelilingnya seperti Rawa Pening, Bandungan, dan Kopeng menjadi bertaraf internasional, layak jual untuk wisatawan asing.
Pencitraan yang baik tidak akan banyak artinya tanpa didukung oleh promosi pariwisata. Promosi merupakan usaha untuk memperkenalkan potensi wisata di tanah air kepada para wisatawan sedemikian rupa sehingga mereka terangsang untuk mengunjunginya. Promosi pariwisata Indonesia boleh dikatakan kalah bersaing dengan promosi negara-negara lain.
Penelitian yang dilakukan Biro Pusat Statistik (1992) mengungkapkan bahwa sebagian besar informasi tentang Indonesia di mancanegara justru tidak diperoleh dari hasil promosi pariwisata Indonesia. Sebesar 41,66 persen memperoleh informasi tentang Indonesia dari teman dan kenalan yang pernah berkunjung ke Indonesia. Sedangkan informasi yang diperoleh melalui biro perjalanan dan majalah/koran berturut-turut 19,11 persen dan 14,85 persen.
Multi Efek Pariwisata
Dalam pandangan ahli ekonomi, pariwisata merupakan kegiatan ekspor tak kentara (invisible export) atas barang-barang dan jasa-jasa pelayanan. Pariwisata merupakan suatu bentuk ekspor yang dianggap sangat menguntungkan negara dengan aliran devisa dari para turis mancanegara.
Kebiasaan para wisatawan untuk shopping/belanja diharapkan mampu menggairahkan urat nadi pasar tradisional yang mengemban aneka fungsi seperti pusat jajan, pasar seni, pasar kerajinan dan pasar tekstil. Indonesia memiliki banyak potensi pasar tradisional seperti Pasar Klewer Solo, kawasan Malioboro Yogyakarta, Pasar Johar , dan Warung Semawis Semarang.
Pariwisata dapat merangsang lahirnya industri kerajinan untuk melayani kebutuhan para wisatawan terhadap souvenir maupun cinderamata. Urgensi industri kerajinan semakin terlihat perannya pada masa ekonomi sulit seperti sekarang. Industri kerajinan merupakan sekor usaha kecil menengah yang "tahan banting", eksistensinya tidak luntur oleh hantaman krisis ekonomi yang hingga sekarang dampaknya masih terasa.
Transportasi merupakan kebutuhan yang cukup signifikan bagi wisatawan untuk menuju dan selama berada di suatu obyek wisata. Respon terhadap kebutuhan ini melahirkan industri transportasi baik yang modern maupun tradisional. Transportasi tradisional seperti becak dan andong semestinya dilestarikan bukan malah digusur seperti tragedi becak di Jakarta. Becak dan andong dapat dijadikan atraksi yang menarik untuk melengkapi keberagaman wisata yang telah ada.
Pariwisata juga berperan melestarikan kebudayaan. Atraksi kebudayaan semacam tarian barongsai dan upacara ritual yang digelar setiap tahunnya di Kelenteng Sam Poo Kong memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Ritual sekaten di Solo dan Yogyakarta seolah tak pernah jemu untuk menghibur para wisatawan mancanegara. Dengan pariwisata, maka pelaku kesenian tradisonal rakyat akan tergugah untuk hidup kembali sekaligus mendapatkan manfaat komersial yang tidak sedikit.
Romi Febriyanto Saputro, S.IP adalah Kasi Pembinaan, Penelitian dan Pengembangan Perpustakaan (Binalitbang) di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen. Juara Pertama Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakwanan Indonesia Tahun 2008 yang diselenggarakan oleh Perpusnas RI.
0 comments:
Posting Komentar