Namun, semua itu akan menjadi ringan bila kita dapat melepas segala kepenatan dalam proses menghadapi kegiatan rutinitas kita keseharian dengan melakukan perjalanan yang terkonsep dengan rapih dan terarah dengan dukungan dari crew yang terlatih dan terakreditasi oleh Dinas Pariwisata. Seperti apa yang akan terurai dalam sebuah kisah perjalanan di bawah ini.
Mengawali minggu terakhir di bulan Mei pada hari Senin yang penuh dengan keindahan dalam suasana yang menyegarkan. Keluarga besar SMA Muhammaddiyah 12 Jakarta mengadakan perjalan menuju Pangandaran. Acara ini merupakan acara yang diadakan oleh pihak sekolah untuk para peserta didik khususnya siwa-siswi kelas 12 tahun ajaran 2012 yang baru saja menyelesaikan Ujian Nasional untuk kelulusannya dan sebagai ajang tasyakuran yang terkonsep dalam perjalanan wisata bersama Masa Tour & Travel sebagai mitra perjalanan dari keluarga besar SMA Muhammadiyah 12 Jakarta yang di percaya untuk mengorganise acara tersebut.
Tentunya dalam hal ini semua pihak pengajar dari setiap sekolah pun akan melakukan hal yang sama kepada para siswa-siswi sekolahnya. Namun, Kami dari Masa Tour & Travel akan selalu memberikan suatu perjalanan wisata yang selalu memiliki nilai yang berbeda bagi setiap para peserta, dan para mitra usaha yang menggunakan jasa pelayanan perjalanan kami.
Tepat pada pukul 07.30 WIB perjalanan menuju Pangandaran Jawa Barat dilepas dengan suasana doa bersama yang dipimpin salah seorang guru SMA Muhammaddiyah 12 Jakarta. Perjalanan Jakarta menuju Pengandaran yang cukup memakan waktu sekitar 9 jam, tidak membuat para peserta perjalanan wisata kali ini merasa bosan atau pun jenuh. Walaupun, di beberapa titik perjalanan yang terdapat tikungan mesra yang penuh dengan tikungan yang berkelok-kelok dan turun naik, terdapat beberapa siswa dan siswi yang tidak terbiasa dengan medan perjalanan seperti ini, mereka segera beradaptasi dengan kotak P3K yang telah tersedia di dalam kendaraan Bus Pariwisata yang kami sediakan.
Suasana dari mabuk darat pun segera pulih dalam perjalanan kami menuju Pangandaran. Dengan jiwa kebersamaan dan kekompakkan yag telah lama terjalin di komunitas yang dibangun dan dibina keluarga besar SMA Muhammadiyah 12 Jakarta terlihat jelas oleh penulis selama suasana perjalanan ini. Mereka saling membantu satu dengan yang lainnya kepada rekan-rekan mereka. Dengan kepedulian sesama, maka suasana cepat kembali pulih dalam suasana perjalan menuju Pangandaran. Penulis dapat melihat kehadiran suasana senyum mereka kembali menemani senyum para rekan-rekan yang lainnya.
Nama Pangandaran sudah sangat tersohor di seluruh nusantara. Pangandaran yang terletak di tepi Samudra Hindia dan memiliki pantai yang landai dan menarik sebagai daerah tujuan wisata utama di jawa Barat. Kawasan yang terhampar di atas batuan vulkanik yang memiliki ombak tenang dengan hutan alam yang mengagumkan.
Sekitar pukul 17:00 WIB kami tiba di lokasi obyek wisata pertama, yaitu Pantai Karang Nini. Pantai Karang Nini merupakan pilihan yang tepat untuk kali ini. Karena Pantai Karang Nini merupakan sebuah pantai yang masih alami dengan memiliki sejumlah pemandangan yang sangat indah. Kita bisa menyaksikan suatu fenomena alam dari salah satu puncak bukit karag di Pantai Karang Nini Pangandaran dengan menyaksikan pemandangan "sunrise" (matahari terbit) dan "sunset" (matahari terbenam).
Biasanya kita dapat menemukan suasana sunrise atau pun sunset yang indah pada saat cuaca cerah dan tidak mendung.Dari satu titik ini pula para peserta SMA Muhammadiyah 12 Jakarta bisa melihat teluk Pananjung dan Pulau Nusa Kambangan, hutan jati dan pantai yang sangat menarik.
Nama Karang Nini itu sendiri dari informasi yang penulis dapatkan masyarakat setempat berasal dari batu karang di bibir pantai yang bentuknya menyerupai Nini (nenek). Menikmati suasana Pantai Karang Nini Pangandaran yang memiliki sebuah cerita legenda masyarakat tentang kesetian seorang istri yang telah uzur, Suatu ketika ang kakek pergi melaut. Namun ia tidak kembali hingga keesokan harinya, sehingga sang nenek mulai khawatir. Ia terus menunggu di pinggir pantai. Penantian itu berlangsung sampai saat ini.
Pantai Karang Nini dipercaya penduduk setempat sebagai penjelmaan dari sang Nini (nenek). Yang ingin disampaikan dari legenda tersebut adalah pesan kesetiaan sang nenek lewat keberadaan batu karang tersebut. Pesan tersebut terus berlanjut hingga saat ini kepada siapa saja yang mencari makna sebuah cinta kesejatian dalam hidup hingga berakhirnya kehidupan seseorang.
Dengan suasana pantai yang masih alami, batu karang, pepohonan yang terdapat disekitar Pantai Karang Nini dapat dirasakan oleh penulis dalam desiran semilir alam yang dapat berbicara kepada setiap pesan yang disampaikannya mebuat hati kami yang terlibat dalam perjalanan wisata ini makin terhanyut dalam suasana alam yang begitu indah. Pesan yang penulis tangkap dari alam itu ditujukan kepada kita semua, agar selama berada di Pantai Karang Nini, kita tidak merusak pepohonan nan hijau.
Dari pengamatan kacamata penulis. para peserta dapat melampiaskan kreatifitas mereka yang tanpa mereka sadari, mereka telah memiliki bakat yang besar. Ada beberapa peserta yang dengan santainya menumpahkan kreatifitas diatas pasir laut dengan menggoreskan sebuah karyadiatas pasir putih, dan ada juga yang berekspresi di depan kamera dengan pose ekspresi mereka yang unik dan lucu-lucu.
Melihat kreativitas mereka dalam berekspresi, membuat hati penulis tergerak untuk membantu mengarahkan mereka dalam membuat kreativitas untuk diabadikan bersama. Walau kami baru saling kenal dalam beberapa jam, namun peserta tidak canggung untuk dapat bersosialisasi dengan cepat. Dan hal ini membuat kami lebih mudah dalam membantu mereka dalam mengarahkan untuk mendapatkan gambar pengambilan photo yang baik di tepi pantai menjelang matahari terbenam. Di atas pohon, musang dan tupai pun menyapa kami, seolah mengucapkan selamat jalan kepada kami semua.
Tepat azan magrib, kamipun meninggalkan obyek wisata Pantai Karang Nini Pangandaran menuju penginapan yang tidak terlalu jauh dari lokasi ini. Rombongan kamipun megarah ke daerah pantai Pangandaran.Sekitar pukul 19:00 WIB kami pun tiba di hotel penginapan.
Setelah acara makan malam bersama, maka tibalah acara ini dari perjalan ke daerah Pengandaran ini, yaitu acara tasyakuran untuk melepas para siswa-siswi kelas XII SMA Muhammadiyah 12 Jakarta tahun ajaran 2012.
Walau acara tasyakuran ini terlihat sederhana. Tidak membuat suasana kebersamaan dalam keharmonisan menjadi hilang. Team entertaiment yang kami bawa dari Jakarta untuk menghibur peserta dalam mengisi suasana ini, merupakan pelengkap hiburan untuk para peserta wisata dari SMA Muhammadiyah 12 Jakarta.
Acara yang berlangsung hingga tengah malam, menghantarkan para peserta wisata dari SMA Muhammadiyah 12 Jakarta menuju suasana peristirahatan malam.
Selasa, 22 Mei 2012
Hari kedua dalam suasana pemandangan Pantai Pengandaran yag cerah, membantu kami dan para peserta wisata dapat mengenal lebih dekat kawasan obyek wisata Pantai Pangandaran.Belum lengkap rasanya menikmati indahnya pantai Pangandaran tanpa mlakukan wisata observasi di Taman Wisata Cagar Alam Penanjung Pangandaran. Obyek wisata Taman Wisata Cagar Alam Penanjung Pangandaran yang tidak terlalu jauh dari tempat penginapan kami.Hal inilah yang membuat kami dan peserta bertambah semangat unutk menelusuri dengan berpetualang di Taman Wisata Cagar Alam Penanjung Pangandaran.
Informasi yang penulis dapatkan dari salah seorang pemandu Taman Wisata Cagar Alam Penanjung Pangandaran dan beberapa daftar pustaka tentang sejarah Taman Wisata Cagar Alam Penanjung Pangandaran adalah sebuah lahan perkebunan milik masyarakat setempat. Pada tahun 1922, Residen Priangan, Mister Evere, mengubah fungsinya menjadi taman berburu. Setelah 12 tahun, kawasan ini berubah status menjadi suaka margasatwa, lalu meningkat menjadi cagar alam pada tahun 1961 berbarengan dengan ditemukannya bunga raflesia. Dikarenakan besarnya potensi ini sebagai tempat untuk wisata alam, maka pemerintah daerah menetapkan pada tahun 1978 Pangandaran menjadi Taman wisata alam sampai sekarang.
Memasuki pintu gerbang Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran suasana asri tepi pantai dapat kita temui di lokasi ini. Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran ini ditumbuhi oleh beragam jenis pohon yang menyelimuti kawasan ini. Saking banyaknya pohon besar yang menghalangi cahaya matahari mencapai tanah. Yang mengakibatkan pohon-pohon yang lebih kecil harus bersaing untuk mendapatkan cahaya matahari agar tetap hidup.
Tanaman pohon Jati merupakan salah satu pohon yang mendominasi kawasan Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Tanaman ponon Jati yang berada di kawasana Taman Wisata Cagar Alam Penanjung Pangandaran sudah ada sejak zaman VOC pada tahun 1651. Pada saat tersebut perdagangan kayu jati dianggap lebih menguntungkan dibandingkan perdagangan rempah-rempah. Pohon besar berbatang lurus yang bisa mencapai tinggi 40 meter ini kerap dijadikan bantalan rel kereta api dan jembatan.
Pohon jati yang terdapat di kawasan Taman Wisata Cagar Alam Penanjung Pangandaran salah satunya berfungsi sebagai tempat peneduh bagi para pengunjung dan membuat para pengunjung tetap segar sepanjang perjalanan. Suara -suara alam timbul dari gerakan pohon yang ditiup angin, kicauan burung, dan teriakan kera-kera yang berkeliaran menyapa kami yang ada di Taman Wisata Cagar Alam penanjung Pangandaran ini.
Informasi yang penulis dapatkan di lokasi Taman Wisata Cagar Alam Penanjung Pangandaran, selain burung dan kera, terdapat banyak satwa lain yang hidup di kawasan Taman Wisata Cagar Alam Penanjung Pangandaran, di antaranya trenggiling, lutung, landak, ayam hutan, ular hijau, biawak, dan banteng. Khusus untuk banteng saat ini semakin sulit ditemui dikawasan ini, termasuk di lokasi lapangan peninjauan, karena populasinya terus menurun. Konon informasi yang penulis dapatkan dari beberpa daftar pustaka, setelah Gunung Galunggung meletus, jumlah banteng populasinya yang terdapat di kawasan Taman Wisata Cagar Alam Pananjung hanya tersisa 5 ekor (Oktober 2001).
Selain melihat flora dan fauna yang unik di kawasan Taman Wisata Cagar Budaya Pananjung Pangandaran, kami menyempatkan untuk mengunjungi gua-gua alam untuk dijelajahi. Dari informasi yang penulis dapatkan, gua-gua di kawasan Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran merupakan gua yang ada di dalam lorong-lorong gelap, di mana di kawasan Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran juga terdapat Gua Jepang yang memiliki historis sejarah.
Di kawasan Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran, kami dapat melihat sebuah bekas reruntuhan candi Hindu. Lokasinya lumayan jauh dari pintu gerbang Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Candi Hindu yang dulunya dipergunakan sebagai tempat pemujaan kepada arca yang bentuknya mirip anak sapi.
Menurut cerita, arca sapi itu merupakan penjelmaan Raden Arya Sapi Gumarang, menteri pertanian Kerajaan Pananjung. Semasa menjabat ia memiliki sebuah reputasi yang baik dan berhasil memenuhi seluruh kebutuhan rakyat Pananjung melalui sistem logistik yang ia jalankan dengan maksimal. Berkat jasa-jasanya, Raden Arya Sapi Gumarang mendapat penghargaan dari raja.
Setelah meninggal, penduduk mengenangnya dengan memahat batu kuburnya mnyerupai sapi jantan. Dikalangan penduduk setempat, arca sapi itu dikenal dengan nama Kalde (bahasa sunda) yang dalam bahasa Indonesia berarti keledai. Hingga saat ini, oleh masaarakat setempat, situs Batu Kalde dianggap sebagai tempat yang sakral dan penuh kenangan.
Susana di sekitar Situs Batu Kalde sangat tenang dan khidmat. Para peserta dan penulis secara pribadi bisa merasakan aura magis yang terpancar dari bebatuan tersebut yang membawa penulis ke masa lalu seperti yang diceritakan salah seorang pemandu lokasi Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran.
Selain arca, kita juga bisa melihat 5 makam kuno di area seluas 75 x 15 meter itu. makam-makam itu diperkirakan merupakan para pembesar kerajaan Pananjung. Taman Wisata Cagar Alam Pananjung pangandaran tidak hanya menyakikan banyak cerita sejarah yang menarik. Dimana di kawasan Taman Wisata Cagar Alam Pananjung pangandaran ini kita juga dapat telibatbersama-sama menyusun puzzle masa lalu tempat ini dan mempelajari arti simbolis arca-arca Hindu dan mencari tahu kegigihan sang menteri dari bentuk nisan yang terlihat unik ini.
Di lokasi Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran kita pun dapat menemukan beberapa gua alami yang masing-masing memiliki sebuah histori tersendiri. Tidak banyak cahaya. Liangnya memancarkan susana mistis. Menembus bukit, dan membutuhkan kehati-hatian saat kita akan menelusurinya. Karena Taman Wisata dan Cagar Alam Penanjung Pangandaran sangat luas, maka kami memutuskan hanya mengunjungi beberpa tempat goa saja.
Gua Jepang
Pada saat kami mencoba masuk ke dalam Gua Jepang, satu-satunya gua buatan di Pangandaran yang dibangun sebagai benteng pertahanan saat perag dunia II. Yang pada saat itu tanggal 18 Maret 1942, bala tentara Dai Nippon yang dipimpin oleh Letjen Imamora Hitoshi menduduki Pulau Jawa dan Madura, setelah berhasil menaklukkan Belanda. Semua dinding gua yang berupa batu karang, ada satu pintu yang menyempit sebagai lubang perlindungan di sana. Dan setelah kami puas berada di dalam Gua Jepang kami pun mengarah jalan keluar dari dalam Gua Jepang tersebut.
Gua Panggung
Menurut cerita legenda masyarakat, gua ini merupakan tempat bertapa Embah Jaga Lautan. Dari keterangan sebuah prasasti yang penulis dapatkan di depan pintu masuk Gua Panggung ini diterangkan bahwasanya Embah Jaga Lautan adalah anak Nyi Roro Kidul, ratu penguasa Laut Selatan. Sang ratu menugaskan kepada Embah Jaga Lautan untuk menjaga semua laut wilayah Jawa Barat. Suatu saat si Embah menghilang entah ke mana, dan tidak seorang pun yang tahu.
Karena lama tidak kembali, penduduk berinisiatif mebuat makam sebagai simbol penghubung antara masyarkat dengan Nyi Roro Kidul. Walau ini merupakan suatu cerita mitos masyarakat setempat, namun cerita mitos ini banyak mengundang para wisatawan yang berkunjung untuk mengetahui dari dekat tentang lokasi gua ini dengan keunikkan ceriota dari segala cerita mitos dari masyarakat setempat.
Gua Lanang
Dulu gua yang dindingnya penuh dengan relief mistis itu adalah bagian dari Kerajaan Pananjung. Kerajaan Pananjung yang didirikan dan diperintah oleh seorang raja sakti mandraguna bernama Prabu Anggalarang. Ia memiliki permaisuri bernama Siti Samboja yang dikenal dengan julukan Dewi Rengganis. Prabu Anggalarang sendiri kerap dijuluki "Sang Lang".Dari julukan Sang lang inilah nama Gua Lanag berasal. Untuk mngetahu kisah selanjutnya Gua Lanang ini sanagt erat hubungannya ke kawasan pemandian Rengganis.
Goa Lanang merupakan goa alam yang pernah dijadikan lokasi tempat pengambilan gambar film mak lampir. Dimana didalam goa tersebut kami menemukan beberapa keunikkan alam. Salah satunya batu yang menyerupai kaca benggala. Batu ini juga dipergunakan pada saat pembuatan film gunung merapi, yang sering dipergunakan oleh mak lampir dalam cerita tersebut. Dan sisi lain kita dapat menemui batu yang dapat gendang, batu tersebut dapat megeluarkan suara seperti gendang pada saat kita tabur.
Di dalam goa ini juga terdapat batu yang terbentuk secara alami yang berbentuk kelamin laki-laki dan perempuan. Dimana menurut cerita mitos masyarakat setempat, air yang mengalir pada batu-batu tersebut di dalam goa ini dan sudah diteliti secara ilmiah, air tersebut dapat menyegarkan wajah kita, dan dapat membua wajah awet muda. Dikarenakan air tersebut mengandung unsur zat kimia tertentu secara alami.
Gua Parat
Gua parat dikenal dengan sebutan Gua Keramat. Persis di mulut gua terdapoat petilasan berbentuk batu bersusun yang menyerupai kuburan. Petilasan ini dibuat untuk mengenang Syekh Ahmad (Pangeran Kesepuhan) dan Muhammad (Pangeran Kanoman), pangeran dari Mesir yang berjasa menyebarkan agama Islam di Pangandaran. Kedua Syekh ini pun pergi tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Maka penduduk kembali berinisiatif mebaut petilasan sebagai simbol panutan atas kebajikan mereka.Di tempat ini para peserta wisata menjadi tahu sejarah petilasan dari dua orang tokoh agama penyebar agama Islam di Pangandaran.
Gua Sumur Mudal
Dinding guanya membentuk relief alam yang indah seperti dinding sebuah candi. Gua alam yang terbentuk karena proses pengikisan bukit kapur oleh air tanah. Akibat pengikisan yang berlangsung ratusan tahun, terbentuklah rongga-rongga dan terus membesar hingga menjadi gua.
Di dalam gua terdapat cekungan bberisi ar hingga menyerupai sumur. Di cekungan itu terdapat mata ai yang bersumber dari parit gua. Dulu, sumur ini menjadi satu-satunya tempat masyarakat mengambil air untuk minum dan memasak.
Setelah mengunjungi Taman Wisata Cagar Alam Pananjung Pangandaran, kami berserta rombongan wisata dari SMA Muhammadiyah 12 Jakarta kembali ke penginapan untuk bersiap-siap melanjutkan perjalan menuju obyek wisata observasi alam selanjutnya yaitu Green Canyon.
Green Canyon
Green Canyon yang merupakan salah satu obyek wisata alam yang memiliki keindahan dari pembentukkan alam yang memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap wisata yang mengunjunginya. Dimana para peserta wisata dapat menikmati petualangan alam yang menantang. Kita dapat merasakan harmonisasi antara sungai, lembah hijau, dan hutan lindung yang tenang menebarkan wangi surga dunia.
Pada saat kami hadir dilokasi tersbut yang didukung dengan suasana alam yang indah dan cuaca yang cerah. Mulai dari pintu gerbang dermaga Green Canyon kami dapat merasakan nuansa hijau alami yang menyambut kehadiran kami bersama para peserta wisata dari SMA Muhammadiyah 12 Jakarta untuk menikmati alamnya dan arungi tantangannya.
Melalui dermaga kecil kami dan peserta manaiki perahu yang akan menghantarkan kami menuju ke lokasi batu gantung. Perahu yang hanya dapat dimuat maksimal 5 orang membuat para peserta mengantri giliran untuk diantar oleh sang nakhoda perahu sampan ke tempat tujuan kami. Sampai pada gilirannya penulis mendapatkan perahu yang terakhir setelah para rombongan yang lainnya pergi ketempat tersebut.
Mengarumi sungai Citandury yang indah dengan perahu melewati setiap pemandangan yang hijau membuat hati menjadi tenang. Jarak dari dermaga ketempat tujuan kurang lebihnya kita harus merelakan diri kita diatas perahu 20 menit. Namun, perjalan tersebut tidak membuat diri setiap peserta merasa jenuh. Karena pada kayuhan pertama, sejuknya udara dapat dirasakan pada setiap diri peserta dan termasuk penulis.
Aliran air yang lambat memanjakan para peserta wisatawan yang sedang bersampan. Dan tidak jauh dermaga Ciseureuh, kita akan menyaksikan pemandangan masyarakat setempat dengan pola kehidupan masyarakat tepi sungai di wilayah itu.
Penulis Dalam Perjalan
Susana mulai terasa sunyi. tebing-tebing besar dari balik pepohonan. Ujung perjalanan semakin dekat, jika gua alam dengan cekungan yang dihiasi batu gantung sudah terlihat di depan kita, maka kita akan sampai pada tujuan yang sebenarnya.
Dari celah-celah stalaktit di atap gua air menetes menciptakan gerimis di bawahnya. tetetsan yang merembes lewat akar tanaman di tebing gua juga tidak pernah berhenti membentuk irama gemercik yang terpola. Konon menurut mitos yang penulis dapatkan sari salah seorang pengemudi perahu yang berasal dari warga setempat, air tersebut dapat membuat awet muda. Walau hal ini merupakan mitos masyarakat setempat, cerita mitos ini sangat membuat banyak penasaran orang untuk mencobanya.
Minimal dari pembuktian mitos tersebut penulis telah mencobanya, dan yang penulis rasakan langsung dampaknya, wajah yang penulis raakan setelah menmbbasuh muka dengan air tersebut terasa segar. Adaspun pembuktian awet muda atau tidak belum terbukti, karena baru beberpa hari. namun, bagaimana bila hal ini yang melakukan seorang nenek-nenek atau kake-kake ya ?...... (jadi ngacok nih....!)
Penulis foto bersama Peserta
Dari penglihatan penulis secara langsung kepada wajah para peserta wisata, terlihat sangat jelas bahwa ketajubkan akan sebuah keindahan alam di Green Canyon membuat wajah peserta berubah drastis. Mereka seperti diajak dalam suatu perjalanan yang menuju tempat asing yang sangat indah. Berbagai kalimat pujian dan syukur yang terlontar dari ucapan mereka kepada Tuhan merupakan salah satu wujud ucap syukur para peserta yang telah diberikan kesempatan untuk melihat dan menyaksikan dengan mata mereka sendiri yang merupakan sebagian kecil dari banyaknya karunia Tuhan yang berlimpahan dibelahan dunia ini.
Perjalan dengan menggunakan perahu memang sudah berakhir di batu gantung ini. Namun, petualangan dapat dilanjutkan bagi para peserta yang masih penasaran menyusuri lebih jauh keindahan alam di kawasan Green Canyon. Bagi para peserta yang ingin berlanjut dapat menggunakan jasa pemandu lokal Green Canyon untuk melanjutkan perjalanan tanpa perahu. Dengan menggunakan jaket pengaman para peserta wisata dapat menaklukan tebing-tebing curam, berenang melawan aliran Sungai Citanduy yang pada lorong tertentu cukup kuat arusnya.
Karena keindahan panorama alam Green Canyon, membuat sebagian para peserta wisata hanyut dalam suasana di lokasi dengan berenang menggunakan alat pelampung yang memang sudah disediakan diatas perahu.Suasana perjalanan selalu kami jadikan suatu portofolio tersendiri bagi para klien kami, sebagai suatu kenangan yang dapat disimpan dan dinikmati oleh setiap orang, dan ikut mempromosikan protensi daerah pariwisata yang dimiliki di setiap daerah. Untuk perjalanan di Green Canyon dapat dinikmati dalam sajian portofolio mulimedia di bawah ini.
Setelah puas melakukan observasi di tempat wisata alam Green Canyon, peserta kembali menuju kedermaga semula untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Jakarta. Semoga perjalanan wisata bersama Masa Tour & Travel dapat memberikan kesan tersendiri yang terbaik dari pengalaman perjalanan wisata para sahabat semua dari keluarga besar SMA Muhammadiyah 12 Jakarta. Sampai bertemu pada perjalanan wisata yang lainnya bersama kami dan para Crew kami.
Sukses selalu
Salam,
Indra Kusuma Sejati
Penulis
Photo by Indra Kusuma Sejati
0 comments:
Posting Komentar