JULUKAN kota kuliner untuk Medan sudah lama didengung-dengungkan. Bahkan food reviewer terkemuka Indonesia, Bondan Winarno, mengakui kalau Medan adalah surga kuliner Indonesia. Lantas, mampukan pemerintah kota ini menjadikan surga kuliner Medan tersebut sebagai salah satu pemikat wisata Sumut? Apalagi pemerintah Medan sendiri saat ini sedang mendengungkan kampanye Visit Medan Year 2012.
Anda tahu sendiri kalau Medan bukanlah kota yang memiliki nilai bagus untuk dikatakan sebagai kota tujuan wisata terbaik di Sumatra Utara. Pasalnya, kota ini sendiri masih sering mendapat tanggapan tidak mengenakkan dari berbagai kalangan. Termasuk dari seorang penulis Australia, Adam Gatrell, yang pernah menuliskan opininya tentang Medan di koran terkemuka Autralia, The Age, sebagai kota terburuk yang pernah ada "Worst City Ever".
Sangat disayangkan pula keberadaan bangunan-bangunan tua di kota ini yang sepertinya tidak serius dianggap pemerintah sebagai aset wisata sejarah. Beruntung masih ada lembaga-lembaga dan komunitas independen yang masih peduli dengan keberadaan bangunan-bangunan tua penanda Medan yang dulu dijuluki sebagai Paris Van Sumatra itu, seperti Badan Warisan Sumatra dan Deli Heritage Club.
"Sayang sekali sebenarnya melihat bangunan-bangunan tua di kota ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah sebagai aset wisata Medan. Salah satu paket wisata yang bisa dijual dari Medan sebenarnya adalah warisan kotanya, ya, bangunan-bangunan tua di Medan," papar Sihar Emry Prihandi, teman saya yang ikut sebagai penggagas lahirnya Deli Heritage Club.
Nah, bagaimana dengan kuliner Medan?
Saya, mungkin banyak kalangan penggiat/pebisnis wisata di Medan, setuju kalau kuliner Medan bisa digarap menjadi sebuah aset wisata yang sangat menjual. Tujuannya, salah satunya, untuk menumbuhkan usaha kecil masyarakat Medan, khususnya yang bergerak di bidang kuliner. Memang, sejauh ini pun, pengusaha kuliner di Medan sudah cukup menikmati bagaimana menjalankan bisnis kuliner di Medan. Sebab, orang Medan bisa dikatakan kebanyak tipe suka jajan dan makan di luar. Apalagi, makanan di Medan terbilang enak-enak.
Bagaimana seharusnya pemerintah, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, mengeksplorasi kekayaan kuliner Medan ini? Memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, menurut saya, salah satu cara yang bisa dilakukan ialah dengan mengajak para stake holder, termasuk pebisnis travel, pelaku ukm dan penggiat industri kreatif.
Dari pertemuan ini, saya yakin, pasti banyak ide yang bisa diwujudkan. Misalnya, dengan menggelar food festival "selama sebulan" misalnya. Tujuannya agar wisatawan dari luar negeri, Malaysia dan Singapura yang datang berlibur ke Medan untuk menikmati kulinernya. Sebab, kabarnya, Malaysia dan Singapura sendiri sudah mengakui kelezatan kuliner Medan.
Ide yang saya lontarkan ini, barangkali, sudah pernah terpikirkan oleh pemerintah kita. Tinggal lagi realisasi yang belum ada. Faktor x apa yang menjadi penyebabnya, entahlah. Namun, perlu dipertanyakan dan dipikirkan, bila Singapura dan Malaysia saat ini sedang gencar-gencarnya mengampanyekan wisata di negaranya, mengapa Medan hanya bisa diam saja?
0 comments:
Posting Komentar