KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Sri Lestari sedang membuat tapai ketan ember saat ditemui di rumahnya yang berada di kawasan sentra oleh-oleh Desa Wisata Cigugur, Kuningan
KUNINGAN, KOMPAS.com – Tak lengkap rasanya kalau selesai bepergian tak membawa buah tangan. Oleh-oleh bak pemanis, hal kedua yang ditunggu oleh orang rumah setelah kepulangan siapa pun yang melakukan perjalanan.
Di Kuningan, Jawa Barat, tepatnya di Desa Wisata Cigugur terdapat sentra oleh-oleh makanan dan minuman khas. Letaknya tepat berseberangan dengan obyek wisata terapi ikan dewa. Beberapa rumah di dalam gang sempit ini sengaja dirubah menjadi tempat pembuatan dan penjualan oleh-oleh.
Rumah Sri Lestari menjadi salah satunya. Dari mulut gang, rumah oleh-oleh miliknya lah yang paling jauh karena harus masuk jauh ke dalam. Berdiri dengan label nama ‘Tape Ketan Heru’, bisnis ini sudah dilakoninya sejak 1997.
Tapai ketan ember, banyak yang menyebutnya begitu karena memang dikemas dalam ember hitam. Siapa yang sangka, di dalam ember tersebut ada berpuluh tapai berbalut daun jambu air bercita rasa legit dan menjadi favorit banyak orang.
Saat dikunjungi, Sri dan ayahnya, Heru sedang sibuk dengan tapai ketan ember. Sambil membungkus tapai ke dalam ember ia bercerita mengenai proses pembuatan tapai ini.
“Tak begitu sulit membuatnya, ketan yang masih mentah pertama-tama harus diaron dengan sari daun katuk. “Daun katuk ini yang menjadi pewarna hijau pada ketan, bukan daun jambu. Itu hanya untuk penambah aroma,” ujar Sri.
Setelah diaron, ketan-ketan tadi diragi dalam ember, siap dibungkus dengan daun jambu air yang sudah dilap. “Harus dilap, jangan sampai di daun jambu ada air tetesan hujan, hujan kan bersifat asam nanti mempengaruhi rasa ketan, warnanya juga bisa berubah menjadi merah muda,” tambahnya.
KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Tapai Ketan Ember, makanan khas Kuningan
Ketan yang sudah dibalut dengan daun jambu tadi kemudian dimasukkan dalam tempat tertutup selama tiga hari, ini proses pematangan menjadi tapai. Ada yang menarik soal riwayat tapai ketan ember ini. Menurut Sri, dahulu banyak orang yang menyukai air yang merembes dari hasil pematangan tapai. “Ember menjadi tempat yang pas, karena air tidak akan kemana-mana, ada terus dalam ember. Banyak orang yang beli tapai untuk mendapatkan airnya saja, mereka beli beberapa ember lalu tapainya diperas hingga menghasilkan beberapa liter ember,” kilasnya.
Air hasil pematangan tapai memang memiliki cita rasa tersendiri, manis tetapi sedikit asam. Tanpa diketahui, ternyata banyak yang menggunakan air ini sebagai tambahan bumbu untuk memasak.
Untuk harga jual, tentu bervariasi. Rata-rata harga tapai ketan di desa wisata ini sama, yaitu Rp 10.000 untuk plastik dengan isi 16 buah, Rp 65.000 untuk ember kecil berisi 75 buah dan Rp 85.000 untuk ember lebih besar yang menampung tapai 100 buah.
KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Minuman oleh-oleh khas Kuningan. Jeniper, Jeruk Nipis Peras
Di rumah Sri, ia tak hanya menjajakan tapai tetapi juga aneka kripik dan kerupuk. Di rumah oleh-oleh yang lainnya bahkan ada minuman dengan nama unik, Jeniper yaitu singkatan dari Jeruk Nipis Peras. Minuman yang juga khas berasal dari Kuningan. Jeniper dikemas dalam sebuah botol kaca mirip botol untuk obat batuk yang dihargai Rp 3.500 per botol.
wah,,kaya nya enak tuh tapai ketan ember buat di bagiin ke sodara..
BalasHapus