Untuk menuju kawasan wisata di Leles, Garut itu, perlu waktu berjam-jam untuk melalui kemacetan yang mengular sampai lebih dari lima kilometer di kawasan Limbangan, Kadungora, Leles, dan Nagreg, menuju ke arah Garut.
Setelah bermacet-macet, saya lega saat melihat indahnya pemandangan di Kampung Adat Pulo dengan Candi Cangkuang," kata Ardi, wisatawan asal Cirebon yang datang bersama kerabatnya.
Wisatawan cukup membayar tiket rakit Rp 2.000 per orang untuk sekali jalan. Saat di atas rakit, pemandangan indah dengan bukit dan rimbunnya pepohonan memanjakan mata pengunjung. Angin sejuk terasa sepanjang perjalanan di atas rakit itu.
Pendayung rakit bergerak cekatan saat membelokan rakit, menghindar dari tabrakan dengan rakit lain di depannya. Rakit membelah air danau di kawasan Curug itu sepanjang lebih dari 20 meter itu. Satu rakit diisi oleh puluhan penumpang dan dikendalikan oleh dua orang pendayung.
Di kejauhan tampak bangunan candi bermandi cahaya matahari diantara rimbunnya pepohonan. Tak sampai 10 menit rakit pun merapat, satu per satu penumpang melompati tembok dermaga menuju ke Kampung Adat Pulo. Di dermaga Kampung Pulo itu pengunjung dikenakan tiket masuk Rp 5.000 per orang.
Di kampung itu ada tujuh bangunan yang terdiri dari enam rumah tradisional yang saling berhadapan dan sebuah langgar atau masjid kecil. Setelah melihat-lihat rumah tradisional, pengunjung berjalan menuju ke situs Candi Cangkuang. "Saya ke sini setiap libur Lebaran, sudah tradisi. Keindahan alamnya tetap terjaga," kata Sumiati, warga Garut.
Lain dengan Dewi, wisatawan asal Tangerang yang baru pertama kali datang ke Cangkuang sangat kagum dengan keindagan Candi Cangkuang. âSekali jalan ke Cangkuang kita bisa mengunjungi tiga obyek wisata, menyeberangi danau yang indah dengan rakit bambu, melihat situs candi, dan berkunjung ke rumah-rumah adat," kata dia.
Rana D, petugas tiket di Candi Cangkuang mengatakan, wisatawan mulai berdatangan saat Lebaran kedua. Saya perkirakan sekitar 1.000 wisatawan per hari yang memasuki kawasan Situ Cangkuang selama liburan Lebaran tahun ini," kata dia.
Rakit-rakit bambu itu terus hilir mudik mengantar wisatawan menyeberangi danau. Saat hari semakin hangat, pengunjung semakin ramai. Tak peduli betapa macetnya jalur selatan menuju Garut. Sensasi mengarungi danau dengan rakit, semilir angin yang sejuk membuat mereka ingin selalu kembali ke Cangkuang.
PRIMA MULIA
0 comments:
Posting Komentar