Oke, sudah basa basinya. Abdina adalah putra asli Madura. Jadi tak pantas kalau seorang putra asli Madura tidak tau seluk beluk Madura dan tak pernah tau tempat-tempat eskotik di Madura.
Tiap kali menuju Rumah nenek, aku biasanya lewat Jalan Halim Perdana Kusuma. Jalan ini tak terlalu istimewa karena letaknya dipinggiran kota dan pada sisi jalan dibatasi hamparan sawah yang luas. Namun yang membuat Jalan ini istimewa adalah Pemandangannya. Nampak dari jauh kira-kira radius 5 KM terdapat sebuah bukit. Dari kecil aku selalu bertanya pada diriku, kapan aku kesana? Kapan aku menginjak kaki disana? Dan ada apa disana?
Pertanyaan tersebut pernah aku tanyakan pada ayah, namun jawabannya yang kurang memuaskan dan sulit aku gambarkan mungkin karena bukan aku sendiri yang ke sana.
Keinginanku untuk ke bukit itu terwujud pada saat aku tepat berusia 17 tahun, karena mendapat sedikit informasi dari teman satu sekolah kalau dia tau dimana tempat itu. Dia menuturkan kalau bukit tersebut berada diantara perbatasan Kelurahan Jambuh dan kelurahan Parseh. Tanpa pikir panjang aku membentuk tim ekspedisi bersama dua kawanku yang aktif dalam gerakan anti diabetes. Karena kami anti diabetes, kami rela mengayuh sepeda dengan jarak 6 KM menuju tempat itu.
Hari Minggu pukul 06.00 WIB, kami berangkat. 1,5 jam jarak 6 KM kami tempuh. Kami tiba di kelurahan Jambuh, tepat disebuah SD temanku yang akan menjadi penunjuk jalan telah menantiku. Diperjalan aku penasaran dengan situasi tempat itu.
Ternyata Medannya sangat berat.
Lihat saja gambar dibawah ini. Sebuah Mobil pengangkut tampak kesulitan untuk menuju TKP. Kalu boleh cerita waktu itu si sopir menginjak gas dengan kasar, bunyi mesin juga tidak enak didengar. Nampaknya mobil itu akan mundur karena kemiringan bidang yang lebih dari 45 derajat. Tapi mungkin karena sopirnya bekas pembalap offroad dia berhasil membawa mobil melewati rintangan.
Di Jalan kami tidak lupa sesi foto bersama teman-temanku yang sudah hampir 6 bulan berjuang untuk memerangi diabetes dengan cara ekspedisi menggunakan sepeda. Jangan diliat wajahnya, walau pas-pasan sudah banyak kilometer aku tempuh bersama mereka.
langsung aja deh abdina share fotonya, kriting nih dari tadi tangan buat ngetik
itu semua baru pemandangan waktu diperjalanan. Sebenarnya aku menuju puncak teringgi di bukit ini.
Foto sendirian dulu
3 anggota gerakan anti diabetes, 1 kameramen
Belum puas nih kalau gak cerita pemandangan di puncak bukit. Tanpa teks, langsung gambar aja
kendaraan tempur
Puas mengkhayal, dan melihat pemandangan dari atas bukit kami pulang. Dalam perjalanan pulang kami mengalami kesulitan. Karena jalan pulang dikelilingi tebing, kami coba melewati tebing namun selalu di akhiri oleh jurang. Ketika melintasi tebing lain selalu disambut oleh jurang. Awalnya kami pesimis bisa pulang dengan selamat, untung saja kami bertemu seorang bapak yang sedang memecah batu di pinggir tebing untuk dijual. Dia memberi kami petunjuk agar kami bisa pulang dengan selamat. dan ternyata si bapak adala orang baik, sarannya kami turuti semua dan kami tiba di perkampungan di kaki bukit kapur ini.
Puas deh, keinginan masa kecilku bisa aku laksanakan. Awalnya aku berpikir mustahil aku kesana mengingat jadwal sekolah yang begitu padat.
Foto-Foto perjalanan pulang
lapak para pencari nafkah di tebing bukit kapur jambuh
Ternyata banyak juga ya lokasi bukit kapur di madura.. jadi pengen kesitu liat keadaan sekitar.. ;)
BalasHapus